Bermula dari ajakan seorang teman yang pernah kesana dan begitu bersemangat untuk kesana lagi 🙂 bak gayung bersambut, gimana tidak, wong sekarang lagi senang-senangnya traveling (yang murah :D) saya langsung bilang “ikuttt”.. Mari kita jelajahi Sawarna
Setelah hitung-hitung biaya yang diperlukan, paling ideal kalau berangkat ber-6 atau ber-7 dehh agak sempit-sempitan dengan menyewa Avanza atau sekalian ber 15 dengan menyewa Elf. Tapi ternyata animo teman-teman lain ga se-excited saya 😦 sulit bener mencari orang yang mau kesana
Sampai hari H (jumat siang), yang tadinya ikut pada mengundurkan diri semua, lagi pada sibuk dan harus masuk hari sabtunya..duhh bisa gagal nihh, beruntung ada 1 orang temen yang confirm ikut dan berhasil mengajak 1 orang lainnya lagi, jadilah kami yang berangkat 5 orang, lebih mahal jadinya biayanya..hikss walaupun lebih murah dibanding kalau ikut travel agent gitu.
Dari jadwal berangkat jam 10, karena satu dan lain hal akhirnya molor sampai jam 12 malam 😛 kami mengambil jalur barat, melalui serang, pandeglang, malimping, bayah. Perjalan cukup jauh euyy, mana jalan rusak, tidur pun ga bisa pulas 😦
Setelah matahari terbit, kami mulai mendekati simpang Bayah yang tidak jauh dari desa Sawarna.
Sepanjang perjalanan itu kami menyusuri pantai pantai, bagus-bagus euyy, sampai akhirnya kami melihat sekitar 5 mobil parkir dipinggir jalan yang membuat kami penasaran ingin tahu ada apa. Ternyata pantainya bagus euyy dan mereka itu rombongan fotografer. Langsung dehh kamera dikeluarkan dan jepret sana-sini
Kami harus lanjut secepatnya ke Sawarna, nanti keburu siang dan tentunya kami membutuhkan sarapan pagi segera 😀
Sawarna tampak seperti desa-desa umumnya, tidak ada yang special sepertinya 😀 hanya terlihat beberapa bule membawa alat selancar mereka. Pantai selatan memang terkenal dengan ombaknya yang besar dan menjadi favorite para surfer, baik dari dalam maupun luar negeri (rata-rata sih dari luar, jarang liat orang kita selancaran)
Rencananya kami main ke pantai pagi itu setelah sarapan, tapi sepertinya semua kelelahan dan akhirnya tertidur 😀 baru setelah makan siang kami mulai menjelajahi desa ini, dimulai dengan caving ke Goa Lalay dengan kedalaman +/- 300m
Jalan menuju ke Goa Lalay, harus melewati jembatan gantung ini
Baru pertama kali caving, excited banget.. memasuki goa harus melepaskan sendal/ sepatu karena sepanjang jalan dalam goa akan melewati air setinggi lutut, lumpur dan batu-batu yang licin.
Setelah berjalan agak jauh kedalam dan cahaya dari mulut Goa tidak terlihat lagi, kami mematikan semua sumber cahaya (senter). “Ini yang namanya kegelapan abadi” kata seorang teman, bener-bener gelap, bahkan kalaupun jaraknya cuma 1 cm dari mata juga ga bakal bisa dilihat 😀
Semakin kedalam, semakin berat rasanya menghirup udara (mungkin karena cape dan pengap kali ya) dan tentunya bau kotoran Lalay (Kelelawar) semakin menyengat. Setelah sampai di ujung, kamipun kembali lagi ke mulut goa karena jenis goa ini tidak tembus dan hanya 1 akses untuk masuk maupun keluar
Setelah kembali ke home stay, kami langsung bersiap untuk menuju ke pantai, ke Batu Layar yang terkenal itu 🙂
Hehehhe, ada pemandangan lucu di pantainya, serasa lagi pemilu 😀
Akhirnya, sampai juga di Batu Layar. Sudah rame aja tuh tempat, banyak orang yang lagi foto-foto, sepertinya jadi tempat favorite untuk hunting
Ada kejadian menyedihkan saat mau menyeberang ke Batu Layar, saya lupa memindahkan hand phone dan akhirnya kerendam air 😦 masih rusak euyy sampai sekarang :((
Terlanjur sudah kerendam, cuek aja dehh..mulai deh moto-moto sekitar situ, agak minder waktu liat gear para photografer yang disana canggih-canggih 🙂 tapi peduli setanlah
Kamipun kembali ke home stay waktu hari sudah gelap, tidak ada acara malam itu, makan dan istiraha saja.
Besok paginya pada malas-malasan semuanya 🙂 kecapean euyy, tapi disempatkan juga untuk mencoba hunting sunrise, walopun ga dapet..hanya dapet foto-foto berikut saja
Sehabis mandi dan sarapan pagi, kami berpamitan ke keluarga yang kami tempati rumahnya. Sempat singgah sebentar ke salah satu Goa lagi, walaupun tidak jadi masuk karena ga ada yang bawa senter 🙂
Mulut Goa tepat dibelakang kami, sebelah kiri
Akses ke Goa yang harus melewati pantai
Untuk perjalanan pulang, kami memilih lewat Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Cikampek dan Jakarta.
Tampak Pelabuhan Ratu di kejauhan
Mampir sebentar ke Makam Nyi Roro Kidul dan baru tahu ternyata tempat Mak Erot juga
Batu tempat Nyi Roro Kidul Melompat
Ombaknya sangat besar, tipikal pantai selatan
Sempat menikmati baso dulu, kata Pak Toher sang Nakhoda kita, baso ini enak banget
Dengan perut yang sudah kenyang, kami siap untuk kembali ke Jakarta. Seperti yang sudah kami duga sebelumnya, macet euyy di jalan 😦 saya baru nyampe rumah jam 9 malam 😀
Tapi perjalanan ini sangat menyenangkan, dapet banyak pengalaman baru dan rencana baru 🙂 ujung genteng boleh nihh..atau pangandaran 😀
Jadi, kapan anda ke Sawarna dan sekitarnya?? 🙂
aku lg ngerencanain jalan-jalan ke sawarna, bisa tau gak nginep dimana? bisa dpt nomer kontak penginapan? makasih sebelumnya
hi ola,
waktu itu kami menginap di rumah bu lurah, kebetulan temen sudah sering ke sawarna baik sendiri maupun bersama rombongan. contact untuk penginapan, Mas Ace 087772892011
kalau tidak mau repot, saya juga bisa kasi rekomendasi untuk eo dengan biaya cukup murah, dengan Mas Feri 08170907556
selamat menikmati sawarna… 😀